Prof. Mitsuo Nakamura, Peneliti Muhammadiyah yang Kembali Menyapa Kotagede

Berita

Yogyakarta, 23 September 2025 – Suasana hangat menyelimuti Rumah Peradaban Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir, Selokraman, Kotagede, Selasa (23/9), saat Prof. Mitsuo Nakamura hadir dalam acara silaturahmi lintas generasi. Antropolog asal Jepang yang dikenal berkonsentrasi meneliti Muhammadiyah itu kembali ke Kotagede, tempat ia menimba pengalaman akademis sekaligus membangun ikatan batin dengan masyarakat sejak puluhan tahun lalu.

Nakamura dikenal luas karena penelitiannya mengenai Muhammadiyah yang ia lakukan dengan metode khas antropologi: hidup bersama masyarakat, berbaur dengan tradisi lokal, serta menjalin persahabatan dengan tokoh-tokoh seperti Abdul Kahar Muzakkir, Masyhudi, dan Zubair Muhsin. Baginya, penelitian tidak berhenti pada disertasi, melainkan harus dikembalikan kepada masyarakat sebagai bentuk etika akademik dan kemanusiaan.

Pesan itu ia tegaskan melalui buku terbarunya, Mengamati Islam di Indonesia: 1971-2023, yang dipersembahkan untuk umat Islam Indonesia, khususnya masyarakat Kotagede dan Muhammadiyah. “Apa yang telah diperoleh dari masyarakat, harus kembali kepada masyarakat,” ujarnya.

Momen nostalgia pun mengemuka ketika ia mengenang masa kecil anak-anaknya—Yugo, Taro, dan Ciro—yang dulu bermain di Lapangan Bumen. Bersama sang istri, Hisako, keluarga Nakamura kembali menyatu dengan hangatnya masyarakat Kotagede.

Acara juga menghadirkan kisah inspiratif tentang Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir, tokoh Muhammadiyah yang pernah mewakili Indonesia dalam Konferensi Islam Internasional di Jepang pada 1938, serta mendampingi KH. Wahid Hasyim saat menjabat Wakil Ketua Urusan Kantor Agama “Shumuka” di masa pendudukan Jepang.

Berbagai tokoh hadir, mulai dari pimpinan Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Angkatan Muda Muhammadiyah, BPKCB, hingga tokoh masyarakat. Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, turut mendampingi jalannya acara. Habib Chirzin dalam testimoni menyebut Nakamura telah mewariskan culture of knowledge, temper of science, dan solution of science—ilmu yang hadir sebagai solusi nyata bagi masyarakat.

Sebagai tanda penghormatan, Muhammadiyah dan Aisyiyah Kotagede menghadiahkan batik khas seperti “Parang Matahari” dan “Mataram Mulyo”. Sementara itu, Angkatan Muda Muhammadiyah menghadirkan edisi ke-64 Brosur AMM Kotagede, yang membuat Nakamura kagum atas konsistensi tradisi intelektual tersebut.

Acara ditutup dengan kegiatan menulis pesan dan harapan di atas kanvas, simbol bahwa perjuangan dan warisan ilmu tidak berhenti di masa lalu, tetapi terus diteruskan bagi generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *